Sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa mitos tersebut banyak memengaruhi kemampuan matematika kaum cewek karena mereka merasa bahwa kemampuan mereka memang lebih rendah dibandingkan cowok. Alhasil, usaha yang ditanamkan para cewek untuk bisa menguasai matematika menjadi kurang karena mereka percaya bahwa diri mereka tidak bisa sebaik cowok.
Akan tetapi, meskipun kecerdasan umum cowok dan cewek tidak berbeda, sebagaimana yang telah diukur dengan tes inteligensi standar, namun dalam beberapa aspek kecerdasan terdapat perbedaan. Diketahui bahwa cewek melebihi cowok dalam hal kelancaran verbal dan dalam beberapa fungsi memori. Sedangkan cowok melebihi cewek dalam hal kemampuan fungsi spasial (memahami ruang) dan membayangkan objek-objek dalam ruang. ltu sebabnya cowok menjadi lebih baik dalam hal belajar rute-rute baru karena mampu melihat objek-objek disepanjang rute yang dilaluinya untuk dijadikan pedoman. Jadi, jangan heran jika kaum cowok cepat sekali paham seluk-beluk jalur jalan dan gang di sebuah kota yang baru dimasukinya. Sementara itu, meskipun cewek memegang peta kota yang paling lengkap, mereka tetap saja mudah tersesat. Kabar baiknya, meskipun lemah dalam hal mencari jejak, tapi karena dibekali oleh kelancaran verbai yang baik, maka kaum cewek tidak segan bertanya ketika méreka merasa tersesat. Di sisi lain cowok enggan bertanya. Hasilnya, cowok dan cewek sama-sama sering tersesat.
Dalam sebuah artikel berjudul ”The Expert Mind” yang dipublikasikan dalam majalah sains Scientific American, edisi Agustus 2006, disebutkan bahwa dibandingkan faktor inteligensi’ yang bersifat kemampuan bawaan, faktor usaha atau motivasi lebih penting dalam membentuk keahlian seseorang. Ini memberikan jawaban mengapa kaum cowok lebih banyak berprestasi pada bidang- bidang yang memerlukan kecerdasan tinggi. Bisa dikatakan cowok lebih memiliki motivasi untuk berhasil dalam suatu bidang karena harga dirinya tergantung pada capaian-capaiannya. Nilai seorang cowok di masyarakat ditentukan oleh keberhasilannya. Di sisi lain, cewek tidak tergantung kepada hal tersebut. Bagi cewek berlaku prinsip: prestasi tidak menentukan harga diri. Selain itu, kesempatan yang tersedia bagi cewek untuk menekuni bidang-bidang prestasi lebih terbatas, terkait dengan tugas biologisnya untuk mengandung dan menyusui, plus tugas sosialnya untuk mengasuh anak. Kesempatan yang diberikan orangtua pun biasanya lebih terbatas. Jika orangtua memiliki dua anak, 1 cowok dan 1 cewek, sedangkan mereka hanya memiliki dana untuk menguliahkan 1 orang. Pasti yang akan dipilih untuk dikuliahkan adalah yang cowok. Itulah faktanya. ‘
Tidak bisa disangkal, 90% profesor di bidang kimia, fisika, matematika dan teknik merupakan kaum cowok. Jika dicermati para pemenang nobel sepanjang sejarahnya, sangat jelas terlihat timpangnya perbedaan antara cowok dan cewek. Lebih dari 90% dari pemenang nobel adalah cowok. Sebut saja ilmuwan yang paling terkemuka di dunia, maka tidak mudah menemukan nama ilmuwan cewek di sana. Selalu saja ilmuwan cowok yang mendominasi. Dalam bidang bisnis pun sama. Bisnis di dunia ini di kuasai kaum cowok. Bidang politik juga serupa. Kaum cowok selalu merupakan pihak yang berkuasa. Jadi, apakah semata-mata ketimpangan tersebut karena perbedaan motivasi dan kesempatan?