Martabak HAR sejatinya mirip dengan martabak telor pada umumnya, dimana bahan dasar martabak adalah dari adonan tepung yang digepengkan. Bedanya, pada martabak har, telor bebek tidak dikocok apalagi dicampurkan dengan potongan daging atau sayuran. Telornya langsung diceplok (biasanya dua sekaligus) di atas adonan gepeng yang dipanaskan, dicampur dengan kuah rempah-rempah dan campuran kentang. Kemudian, martabak akan disajikan bersama kuah kari kental hangat berisi daging dan sepiring kecil cacahan cabai rawit yang telah ditambah cuka. Klo soal rasa rasanya, hm…. mantap dan maknyuss. Kata orang Palembang: lemak nian… (yang artinya enak sekali, lemak=enak, nian=sekali).
Diambil dari nama penciptanya pertama kali yaitu Haji Abdul Rozak (HAR), salah seorang keturunan India di Kota Palembang. Martabak HAR ini adalah makanan yang dibuat dari adonan khusus, kemudian dibentuk menjadi lingkaran besar dan tipis untuk membungkus isi dari martabak. Setelah adonan dan isi menyatu baru kemudian digoreng seperti biasa. Khusus martabak HAR umumnya menggunakan isi telur ayam atau telur bebek, tergantung permintaan.
Martabak HAR menyediakan berbagai jenis martabak telur. Martabaknya dihidangkan dengan kari plus rajangan acar cabe rawit hijau. Karinya pun bervariasi. Ada kari kentang, kari ayam, hingga kari kambing.
Porsinya cukup besar sehingga dengan memakan 1 porsi saja sudah membuat kenyang. Yang membuatnya unik adalah siraman kuah di atas martabak ini yang merupakan kari kentang dengan bumbu khas dari India. Tapi bumbu karinya ini sudah banyak diadaptasi dengan bumbu daerah Palembang, sehingga aroma khas dari bumbu kari India sudah beradaptasi dengan lidah orang sumatera pada umumnya.
Biasanya martabak telur disajikan bersama-sama kecap asin yang dengan cabai hijau yang di potong-potong.
Di Palembang sendiri martabak HAR biasa di jual seharga Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 14.000,-. Sedangkan di Jakarta, harga terendahnya Rp. 14.000,-. Namun jangan khawatir, karena di waktu-waktu tertentu biasanya martabak HAR di bagi-bagikan secara gratis. Jika tidak percaya, silahkan datang sendiri ke Palembang di bulan Ramadhan dan mampirlah ke Masjid Agung saat hendak berbuka. Saya jamin anda mendapatkannya gratis, karena para pedagang martabah HAR biasanya menyumbangkan sebagian dagangan mereka untuk yang berbuka di Masjid Agung Palembang.